SEJARAH BERDIRI

SEJARAH RINGKAS ADANYA / BERDIRINYA MADRASAH
“MAZRO’ATUL HUDA” KARANGANYAR KAB. DEMAK

Bismillahirrohmanirrohim
Setelah didirikannya perkumpulan/jam’iyyah Nahdlotul Ulama’ (NU) sekitar tahun 1926 oleh beliau mbah kyai H. Hasyim Asy’ari di Jombang Jawa Timur, maka pada sekitar tahun 1930 para tokoh masyarakat desa Karanganyar kecamatan Karanganyar kabupaten Demak yang tergabung dalam perkumpulan/jam’iyyah Nahdlotul Ulama’ mengadakan pertemuan yang membahas tentang intruksi Ma’arif NU. Untuk mengembangkan pendidikan islsm ala ahlussunnah wal jama’ah memakai sistem tulis menulis (Madrasah/Sekolahan).
Para tokoh masyarakat tersebut diantaranya :
1. Kyai Syarbini, Karanganyar wetan kali.
2. Kyai Djajadi, Karanganyar kulon kali.
3. Kyai Sanusi, Karanganyar wetan kali.
4. Kyai Mukrim, Karanganyar wetan kali.
5. Kyai H. Isma’il,. Karanganyar kauman kanal.
6. Kyai H. Ma’soem, Karanganyar kauman kanal.
7. Kyai H. Nahrowi, Karanganyar kauman kanal.
8. Kyai H. Toha Djazri, Karanganyar kauman kanal.
9. Kyai H. Abdul Madjid, Undaan kidul Karanganyar Demak.
10. H. Abdul Ghoni, Karanganyar kauman kanal.
11. Soewardi, Karanganyar kauman kanal.
12. Aboe Na’im, Karanganyar kauman kanal.
13. Yasir Masdoeqi, Karanganyar kauman kanal.
14. Soedjak/ H. Abdul Somad, Karanganyar kauman kanal.
15. Soehaimi, Karanganyar kauman kanal.
16. H. Abdoerrohman, Karanganyar kauman kanal.
17. Marzoeqi, Karanganyar kauman kanal.
18. Tojjib Djamari, Karanganyar kauman kanal.
19. Kaslan, Karangayar Kauman Kanal.
20. Kasban, Karanganyar Kauman Kanal.
21. dan lain sebagainya.
Beberapa kali pertemuan diselenggarakan, belum dapat menemukan titik temu disebabkan masih banyak para peserta yang masih mempertahankan sistem lama, yaitu ; pendidikan yang memakai cara tulis -menulis adalah suatu cara yang dugunakan oleh Kafir Belanda guna menghilangkan adat lama yang sudah turun maturun dan dibenarkan oleh syari’at Islam.
Oleh Kyai Haji Ma’soem mengambil suatu langkah penyelesaian dengan memohon pada para peserta yang masih mempertahasnkan sistem lama untuk mengkaji kembali hukum fiqih tentang hal itu dan kalau perlu mohon petunjuk kepada Kyai/gurunya masing-masing.
Hal ini memakan waktu berbulan-bulan. Dan pada akhir kalinya Alhamdulillah semua para peserta pertemuan dapat islah dan sepakat memndirikan Madrasah, sekalipun masih banyak tantangan-tantangan dari sebagian masyarakat luar terutama dari fihak Pamong Praja (Asisten Wedana Karanganyar, nDoro Bei Raden Soeprajitno).
Madrasah didirikan pada bulan Syawwal tanggal 17 tahun _____ H. bertepatan tahun 1931 M. dengan sarana-prasarana dan fasilitas apa adanya. Serta seidzin.restu dari beliau mBah Kyai Haji HASYIM selaku Rois Syuriyah dan mBah Kyai MASROECHIN selaku Ketua Tanfidziyah NO. yang kedua beliau itu berdomisili di dukuh Wonorenggo Desa Cangkring Rembang Onder Distrik Karanganyar Kabupaten Demak, dengan :
A. Tempat :
Untuk sementara Madrasah bertempat di rumah mBah Hajjah MASIDJAH / mBah Hajjah RENTEG Karanganyar Kauman Kanal, seorang janda yang terbilang mampu dan tak punya anak, menyerahkan rumahnya untuk Madrasah dan ia sendiri menempati rumah dapur.
B. Nama Madrasah :
Madrasah diberi nama “MAZRO’ATUL HUDA”. Juga mempunyai QOSIDAH yang husus.
C. Penanggungjawab Madrasah :
Penanggungjawab Madrasah (merupakan suatu bentuk pengurus) secara keseluruhan adalah ;
1. Mbah Haji ABDOEL GHONI, Karanganyar Kauman Kanal,
2. Mbah Hajjah MASIDJAH/RENTEG, Karanganyar Kauman Kanal,
3. Mbah SOEWARDI, Karanganyar Kauman Kanal,
4. Mbah ABOE NA’IM, Karanganyar Kauman Kanal,
5. Mbah JASIR MASDOEQI, Karanganyar Kauman Kanal,
6. Mbah SOEDJAK/Haji ABDOEL SOMAD, Karanganyar Kauman Kanal,
7. Mbah SOEHAMI, Karanganyar Kauman Kanal,
8. Mbah TOJJIB DJAMARI, Karanganyar Kauman Kanal,
9. Mbah Haji ZOEHRI bin Haji BARMAWI, Kauman Kanal.
D. Guru-guru Madrasah :
1. Kyai DJAZRI/Haji TOHA, Karanganyar Kauman Kanal yang kemudian pindah ke Tanggulangin Jati Kudus selaku Kepala Guru.
2. Kyai MOEKRIM, Karanganyar wetan kali,
3. Kyai Haji MA’SOME, Karanganyar Kauman Kanal,
4. Kyai Haji ABDOEL MADJID, Undaan Kidul. Oleh karena murid bertambah banyak maka guru dibantu oleh :
1. MASROECHIN, Karanganyar Kauman Kanal,
2. NASICHOEN, Karanganyar Kauman Kanal,
3. HASJIM, Karanganyar Kauman Kanal.
E. Banyaknya murid Madrasah :
Murid madrasah hanya terdiri dari murid laki-laki. Pada mulanya madrasah dibuka jumlah murid dibeberapa kelas sekitar 40 anak dari dalam desa Karanganyar. Namun beberapa bulan kemudian murid bertambah banyak dari luar desa Karanganyar, bahkan dari luar Kecamatan dan Kabupaten, seperti :
a. Tanggulangin/Gendok, Jati Wetan, Loram Kab. Kudus.
b. Sambung, Medini, Mlekang, Tanjunganyar, Tanjungsemi, Tanjungkamal Kecamatan Gajah, sampai pada kira-kira tahun 1934 banyaknya murid mencapai + 200 anak.
Bersamaan dengan tahun itu pula oleh LP. Ma’arif NU sedang giat-giatnya membenahi madrasah-madrasah dengan menyeragamkan kurikulum dan struktur organisasi Ma’arif.
F. Banyaknya Kelas :
Madrasah “ MAZRO’ATUL HUDA “ karanganyar membuka 4 ( empat ) kelas : yaitu kelas 0 (nol) setingkat TK, Shifir Awwal, Shifir Tsani dan Shifir Tsalits yang setingkat dengan Diniyah Awaliyah.
G. Jam Pelajaran :
Pelajaran dimulai pada jam 2 (dua) siang hari dan diahiri pada jam 5 (lima) sore hari. Jam 3.30 istirahat untuk sholat ‘Ashar, pada jam 3.45 masuk kembali melanjutkan pelajaran. Hari libur pada tiap-tiap hari besar Islam dan pada bulan Romadlon libur 36 hari. Hari-hari besar Nasional Madrasah tidak diliburkan.
H. Kitab Yang diajarkan :
Pelajaran di Madrasah “ MAZRO’ATUL HUDA “ Karanganyar adalah husus pelajaran Agama Islam, sehingga oleh Masyarakat luas menamakan SEKOLAH ARAB. Pada tiap-tiap hari hanya 2 (dua) fan/mata pelajaran, diantaranya :
1. ‘Aqoid (Aqidatulawam, jawan dan lafal ma’na)
2. Nahwu (Jurumiyah jawan dan lafal ma’na)
3. Shorof (Tasrifan jawan dan lafal ma’na)
4. Tajwid (Hidayatussibyan jawan dan lafal ma’na)
5. Lughot
6. Fiqih (Safinatunnajat jawan dan lafal ma’na)
7. Adab/tata krama termasuk tata krama adab Jawa
8. Sejarah/Tarihul Islam dan Ke NU an
9. Huruf Hijaiyah bagi kelas 0 ( nol ), pengenalan huruf arab.
Semua mata pelajaran ditulis dipapan tulis oleh guru, diturun/disalin dibuku tulis denga tinta oleh murid dan dihafal pada hari pelajaran berikutnya (ditulis dan dihafal)
I. Perwaqafan tanah.
Pada kira-kira tahun 1934 oleh mbah Hajjah MASIDJAH/RENTEG (Karanganyar Kauman Kanal) mewaqafkan sebagian tanahnya kepada kyai DJAZRI/Haji TOHA sebagai Naddir untuk Madrasah “ MAZRO’ATUL HUDA “ Karanganyar seluas + 495 M2. Membujur timur kebarat (sebagai mana yang sekarang ditempati Madrasah Diniyah)
J. Pembangunan gedung/rumah Madrasah.
Beberapa bulan setelah Madrasah menerima perwaqafan tanah pada ahir tahun 1934, telah dapat membangun sebuah gedung/rumah madrasah 4 (empat) lokal ukuran 5 x 5 x 4 = 100 M2 terdiri dari ;
Kerangka/balungan kayu jati, atap genting, usuk dan reng bambu, pagar gedek/bambu, membujur utara ke selatan menghadap jalan/sungai KANAL, menempati tanah ¼ dari panjang gedung milik madrasah mbah Hajjah MASIDJAH/RENTEG, ½ dari panjang gedung milik Madrasah (tanah waqaf), ¼ dari panjang gedung milik mbah haji ABDOEL GHONI, dengan gotong royong swadaya masyarakat, terus ditempati murid untuk belajar, sekalipun pembangunannya belum dianggap selesai.
K. Gedung/rumah Madrasah roboh.
Satu tahun kemudian setelah berdirinya gedung/rumah madrasah tepatnya pada ahir tahun 1936, pada musim LABUH/menjelang musim RENDENG pada kira-kira jam 3.30 istiwak secara tiba-tiba ANGIN TAUFAN datang dengan sangat kencangnya sehingga mengakibatkan ROBOHNYA gedung/rumah madrasah “MAZRO’ATUL HUDA” Karanganyar yang didalamnya masih penuh murid dan guru. Seluruh murid dan guru terperangkap didalamnya satupun tidak ada yang lolos.
Akibat dari musibah itu seorang anak nama SOEMADI satu-satunya putra Pak Lurah Undaan Lor meninggal dunia seketika dan dua anak nama SATRIJO bin SOELAIMAN dan SJAHIR bin KASLAN harus mondok di RSU Demak selama masing-masing 10 hari.
Kejadian/keadaan madrasah setelah robohnya gedung/rumah madrasah tersebut, maka :
1. Madrasah ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu selama 3 (tiga) bulan.
2. Penanggungjawab / pengurus dan para guru Madrasah terpaksa harus mendekam dirumah tahanan/penjara Demak selama 3 hari tiga malam dan sering dipanggil ke Onderan/Kecamatan untuk diminta pertanggungan jawabnya atas musibah tersebut
3. Bulan ke 4 setelah penutupan Madrasah, madrasah dibuka kembali dengan pengawasan Pamong Praja bertempat di rumah mbah Hajjah MASIDJAH/RENTEG dan rumah mbah Haji ABDOEL GHONI.
4. Jumlah murid menurun karena :
a. Para wali murid enggan/takut akan adanya musibah sebagaimana kejadian yang telah lalu.
b. Dengan dibukanya beberapa madrasah di Desa lain oleh LP. Ma’arif NU.
L. Membangun kembali gedung/rumah Madrasah.
Pada kira-kira 8 bulan setelah robohnya gedung/rumah Madrasah Masyarakat Karanganyar Kanal membangun kembali secara gotong-royong sebuah sebuah gedung / rumah Madrasah “Mazro’atul Huda” dengan :
1. Membujur dari timur ke barat.
2. Bertempat di 2/3 tanah wakaf Madrasah dan 1/3 tanah milik mBah Haji ABDOEL GHONI,
3. 4 (empat) lokal ukuran 4.50 x 4.50 x 4 = 81m2. dan ruang guru 1 lokal ukuran 3 x 3 = 9m2.
4. Lokal tersebut digunakan untuk Shifir Awwal, Shifir Tsani, Shifir Tsalits dan Qisim Awwal.
5. Banyaknya murid pada waktu itu kira-kira 80 anak murid husus anak laki-laki, dari dalam desa Karanganyar dan Desa sekitarnya.
6. Guru/Kyai yang mengajar ;
1. ABDOEL CHANAN, Undaan Lor,
2. MASMIN, Wonorejo,
3. NASOECHA, Karanganyar Kauman Kanal,
4. MOEZAJIN, Karanganyar Kauman Kanal.
            7. Dibawah naungan Ma’arif NU,
                  1. Kyai ACHMAD MALIK, Ketua Ma’arif,
                  2. Kyai SAHLI bin Kyai HASYIM, Skretaris Ma’arif,
                  3. Kyai ACHMAD SJEH, Anggota,
               4. Kyai ABDOELLOH SJATORI, Moefattis (Penilik) Ma’arif untuk 3 Madrasah (Karanganyar, Wonorenggo dan Wonoketingal).
                  5. Kyai MACHMOEDOEN, Mewakili Kyai ABDOELLOH SJATORI bila berhalangan.
Adapun Guru-guru yang lama, oleh NU anak cabang Karanganyar dialih tugaskan ke Pengurus NU Anak Cabang Karanganyar, yaitu ;
1. Kyai DJAZRI/Haji TOHA menggantikan KYAI HASJIM karena usianya telah lanjut, (sebagai Rois Syuriah)
2. Kyai Haji MA’SOME, Kyai Haji ABDOEL MADJID dan Kyai MOEKRIM sebagai pelindung Madrasah-madrasah sewilayah Ma’arif NO Anak Cabang Karanganyar.
8. Begitulah keadaan Madrasah “MAZRO’ATUL HUDA” Karanganyar sampai kira-kira tahun 1940. Namun karena dunia selamanya tidak kekal, maka menjelang Perang Dunia ke II pada kira-kira pertengahan tahun 1940, Politik Dunia mulai memanas. Penjajah Belanda mulai menekan kepada NO, segala sesuatu tindakannya semakin diawasi dan dihambat, politik memecah-belah makin dipertajam, para kiyai, guru ngaji, guru madrasah termasuk guru Madrasah “MAZRO’ATUL HUDA” Karanganyar dicurigai / dituduh berhubungan JEPANG (Bala Tentara DAI NIPPON) yang akan menjajah dibumi Hindia Belanda (Indonesia).
Keadaan Madrasah “MAZRO’ATUL HUDA” Karanganyar mulai pudar. Para guru jarang mengajar, para wali murid ketakutan Anaknya sekolah sehingga;
1. Murid tinggal sedikit,
2. Guru yang mengajar tinggal 2 (dua) yaitu;
a. MOEZAJJIN al. MOECHTAR, Karanganyar Kauman Kanal.
b. BOECHORI, Wonoyoso Karanganyar.
Keadaan seperti ini berjalan sampai pecahnya Perang Dunia ke II. Jepang (Bala Tentara Dai Nippon) mendarat di Kragan Rembang pada tahun 1942. keadaan semakin kalut. Pada umumnya orang tidak memikirkan pendidikan. Hanya memikirkan penghidupan dan kehidupan yang semakin tidak menentu.
Namun demikian Madrasah Mazro’atul Huda Karanganyar tetap bertahan, masih mempunyai murid + 50 anak murid yang diasuh oleh guru-guru :
1. MUZAJJIN AL MUKHTAR,
2. BUKHORI,
3. NASOECHA,
Bahkan membuka Madrsah khusus putri yang diasuh secara khusus oleh Kyai DJAZRI / H.THOHA.
M. Madrasah Mazro’atul Huda Karanganyar pada waktu penjajahan Jepang.
Pada waktu Jepang menjajah Asia Timur Raya termasuk tanah Jawa, sekitar tahun 1942 konon sebab musababnya madrasah mazro’atul Huda Karanganyar berubah namanya menjadi Sekolah Rakyat Islam (SRI) mungkin perubahan nama itu disesuaikan dengan Sekolah Umum yang dahulu Voll School / Vervrollg school menjadi Sekolah Rakyat (SR).
Jumlah murid makin menurun, penanggung jawab Madrasah mulai pudar, dari Ma’arif NU sudah tidak membina lagi. Namun para pengasuh / guru masih tetap aktip setiap hari pelajaran tetap ada gurunya, yaitu;
1. MUZAJIN,
2. BOECHORI,
3. NASOECHA.
Sistem dan metode pelajaran masih tetap seperti semula. Seakan-akan Madrasah berdiri sendiri. Akan tetapi saling bau-membau kepada Madrasah Wonorenggo dan Madrasah Wonoketingal.
Selang beberapa bulan Pemerintah penjajah Jepang (Bala Tentara Dai Nippon) membuat sesuatu merupakan Majlis Ulama yang bernama GI ING. Di Daerah tingkat II/ KEN TJO/diketuai oleh kyai Haji Oemar Abdoerrochman. Di tingkat Kecamatan/SON TJO (Karanganyar) diketuai oleh Kya’I Haji Ma’som dengan beberapa anggota yang terdiri dari para Kyai dan para Guru Ngaji/Madrasah. Oleh beliau-beliau itulah memanfaatkan GI ING nya guna membina Madrasah kembali.
Pada kira-kira tahun 1943 Pemerintah penjajah Jepang (Bala Tentara Dai Nippon) mewajibkan para pemuda dalam jajahannya untuk MILISI/SUKARELAWAN guna memenangkan perang dunia ke II melawan sekutu. (Amerika, Inggris, Perancis dkk). Waktu itulah para pemuda pada umumnya merasa ketakutan, dan untuk menghindari wajib milisi para pemuda secara terburu-buru nikah/kawin muda dan/atau tidak berani menampakkan diri. Padahal guru-guru Madrasah Karanganyar berstatus jejaka. Oleh sebab itulah Madarasah karanganyar sedikit demi sedikit mulai surut.
Bersamaan dengan tahun itu pula, para GI ING dari tingkat pusat sampai daerah yang sudah barang tentu personalnya terdiri dari para ulama’, para cendekiawan muslim dan tokoh-tokoh muslim lainnya sepakat mendirikan suatu kelompok muslim yang terorganisir dengan nama M I A I (Majlis Islam A’la Indonesia) yang terdiri dari/dari unsur/perkumpulan :
Nahdlotul Ulam’,
Muhammadiyah,
Parti ( persatuan Tarbiyah Islam ),
Persis,
SI (Syarikat Islam),
Jam’iyyatul Washliyah,
Al Irsyad dan lain-lain.
MIAI bergerak dibidang pendidikan, Dakwah Islamiyah, Sosial yang secara lahiriyah lokal kepada pemerintah Penjajah Jepang. Namun secara Ilegal (bergerak dibawah tanah) bertujuan mengusir segala bentuk penjajahan termasuk penjajahan Jepang.
Madrasah-madrasah waktu itu mulai dibina oleh MIAI.
N. Madrasah Karanganyar pada waktu zaman Kemerdekaan RI.
Setelah berahirnya penjajahan Jepang dan telah diproklamirkannya Kemerdekaan RI pada tahun 1945. Maka pada umumnya Madrasah-madrasah mengalami kemunduran bahkan banyak yang ditutup. disebabkan ; Seluruh rakyat Indonesia rupanya mempunyai satu tujuan berjuang bersama-sama berperang melawan penjajahan kembali oleh Belanda.
Madrasah Karanganyar waktu itu ditutup secara total. Rakyat desa Karanganyar dan desa-desa lainnya sepanjang jalan raya Kudus – Demak banyak yang pergi mengungsi kelain desa yang berjahuan dengan jalan raya Kudus – Demak terutama pada sekitar pada tahun 1947 garis lini / status quo di Gajah yang setiap harinya rakyat dibuat kacau/bingung oleh tembak-tembakan senapan mesin dari udara.
Pada sekitar tahun 1946 para ulama’, Cendekiawan Muslim dan para tokoh muslim yang tergabung di Organisasi MIAI secara aklamasi merubah nama MIAI dirubah menjadi MASJUMI ( Majlis Syuro Muslimin Indonesia ) bergerak dibidang politik islam dipimpin oleh KH. WACHID HASJIM. Bagi cabang Demak dipimpin oleh Kyai Haji OEMAR ABDOERROCHMAN, bagi anak cabang Karanganyar dipimpin oleh Kyai ACHMAD MALIK. Sedang majlis syuro dipimpin oleh Kyai MASROECHIN.
Oleh karena gedung / rumah madrasah Karanganyar kosong , maka gedung / rumah madrasah tersebut ditempati TNI Angkatan Darat bagi yang persenjataan berat dari Batalion RONGGO LAWE Divisi BRAWIJAYA Jawa Timur yang waktu itu Karanganyar sebagai sektor terdepan menghadapi musuh Belanda dari Demak.
Bagi Masumi cabang Demak yang berkedudukan di Wonorenggo bersama anak cabang Karanganyar yang kedudukan di Wonorenggo pula memanfaatkan para santri, para murid-murid madrasah yang karena keadaan tidak bersekolah untuk dilatih rohani dan jasmaninya di Organisasi gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) bertempat dirumah Hj. MASIJAH / RENTEK yang dahulu pernah ditempati Madrasah yang selanjutnya dikirim kegaris depan menghadapi musuh Belanda didalam kesatuan Laskar HIZBULLAH yang dipimpin oleh Kyai ZOEHRI OESMAN selaku komandan Batalion.
Setelah pindahnya Batalion Ronggolawe dari Karanganyar, gedung/rumah madrasah Karanganyar dipinjam oleh SR yang dikepalai oleh kepala sekolah bernama MOH. ALI BUDI UTOMO berhubung SR tidak mempunyai gedung, sedang gedung SR telah rusak.
Pada kira-kira akhir tahun 1947 setelah Affair Madiun oleh PKI dan setelah Aksi Polisionil ke II oleh Belanda SRI / Madrasah dibuka kembali oleh pengasuh/guru yaitu :
                                                   MOEZAJIN,
                                                   BOECHORI,
                                                   NOEH,
Jumlah murid pada waktu itu sekitar 25 anak laki-laki.
Gedung/rumah madrasah kalau pagi hari ditempati SR, sedang sore hari ditempati madrasah. Madrasah dapat pinjam pakai bangko dari SR. Antara SR dan SRI/Madrasah ada saling pengertian yang dapat membawa kemaslahatan dikedua belah pihak. Bagi SRI / Madrasah ada keuntungan tambahan murid dari SR. Pagi hari di SR, sore hari di SRI/Madrasah, sehingga SRI/Madrasah mempunyai murid sekitar 50 anak dan mulai waktu itulah SRI/Madrasah menerima murid perempuan.
Akibat KMB ( Konferensi Meja Bundar ) Apa yang dikatakan penyerahan kedaulatan dari Belanda melalui RIS (Republik Indonesia Serikat) kemudian menjadi RI (Republik Indonesia) pada Desember 1949 rupanya politik dalam negeri Indonesia mulai memanas terutama pada waktu itu presiden Soekarno menjanjikan akan diadakan PEMILU. Partai-partai politik berlomba-lomba mencari masa. Jumlah partai politik pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan berazas islam, MASJUMI
2. Golongan berazas nasional yaitu : PNI
3. Golongan berazas Komunis yaitu : PKI

                                                                 Penulis : mBah Kyai Khasan Mahbub (Alm)


GAMBARAN UMUM TENTANG MADRASAH TSANAWIYYAH
MAZRO’ATUL HUDA KARANGANYAR DEMAK
  1. Sejarah Singkat
Madrasah Tsanawiyyah Mazro’atul Huda Karanganyar bermula sejak berdirinya Madrasah Diniyyah Mazro’atul Huda yang telah berdiri sejak tahun 1931 M. yang didirikan oleh Pengurus NU Tingkat Majlis Wakil Cabang Karanganyar, sebagai Rois Syuriyyah Kyai Haji Hasyim dan mBah Kyai Masruchin selaku Ketua Tanfidziyah. Kedua beliau adalah berasal dari dukuh Wonorenggo Desa Cangkringrembang Onder Distrik Karanganyar.
Madrasah Mazro’atul Huda Karanganyar jatuh bangun pada saat penjajahan Belanda, Jepang dan masa-masa perjuangan Kemerdekaan sampai pada zaman Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sampai keadaan bergant pada awal Orde Baru di Indonesia Madrasah tetap eksis walau dalam keadaan yang menyedihkan sampai-sampai gedung madrasah tanpa dinding. Madrasah Mazro’atul Huda bermula menempati rumah ibu janda bernama mBah Masijah atau biasa dipanggil mBah Hajjah Renteg. Dan sampai sekarang tanah pemberian wakaf ditempati gedung berlantai dua, yang berada di jalan Karanganyar – Godong 100 m.
Kemudian sampai akhir tahun 1977 di Karanganyar belum ada suatu Lembaga Pendidikan Keagamaan setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Melihat keadaan tersebut para tokoh agama di Karanganyar pada saat itu antara lain :
1. Bapak K. Masruchan Shodiq
2. Bapak Drs. Imam Supardi
3. Bapak Ali Uzair
4. Bapak Hasan Mahbub
5. Bapak Sholihul Hadi
6. Bapak Ahmadi
Dengan mempertimbangkan :
1. Banyaknya tamatan SD (Sekolah Dasar) tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
2. Banyaknya tamatan SD keslitan melanjutkan pendidikan yang banyak adalah ke Kudus.
3. Perlunya pengembangan agama Islam melalui pendidikan formal dan sekaligus menyiapakan generasi penerus yang mampu menyesuaikan dakwah Islam pada zamannya.
4. Adanya tempat yang sudah ada berupa madrasah yang waktu belajarnya di waktu sore, dipandang memanfaatkan gedung madrasah di pagi hari akan lebih berguna dan manfaat.
Maka mendirikan Madrasah MTs (Madrasah Tsanawiyyah) yang namanya diambil dari nama Mdrasah Diniyyah Mazro’atul Huda. Tepatnya berdiri mulai menerima siswa baru pada tanggal 18 Januari 1978. sebagai Kepala Madrasah yang pertama adalah Bapak K.H. Munawir Irsyad yang dibantu oleh para Guru-guru pada saat itu adalah :
1. Bapak K. Daenuri
2. Bapak Ahmad Zuhdi, BA.
3. Bapak Kusrin Abdul Wachid
4. Bapak Drs. Imam Supardi
Kemudian sampai sekarang tanggal 18 Januari diperingati sebagai Hari Jadi Madrasah Tsanawiyyah Mazro’atul Huda Karanganyar.
Pada awal pendirian madrasah, lembaganya berstatus sebagai “pengurus” kemudian pada tahun 1989 beralih status menjadi Yayasan dengan No. Akta 18 / Yay / 1989 / PN / DMK tertanggal 23 September 1989 sampai sekarang.
Sepanjang perjalanannya Madrasah Tsanawiyyah Mazro’atul Huda Karanganyar mendapat perijinan dan piagam pengesahan dari Kantor Wilayah Departeman Agama Propinsi Jawa Tengah yaitu :
a. Status Terdaftar melalui Piagam No. LK / 3.C / 311 / Pem.MTs. / 1981
b. Status Diakui melalui Piagam No. B / WK / 5.C / Pgm / Ts / 22 / 1993
c. Status Disamakan melalui Piagam No. A / Wk / MTs. / 010 / 2001
d. Status Terakriditasi A melalui No. KW.11.4 / 4 / PP.03.2 / 624.21.28 / 2006
Sedangkan yang menjabat Kepala Madrasah dari waktu ke-waktu adalah :
Ø Bapak K.H. Munawir Irsyad mulai tahun 1978
Ø Bapak K.H. Daenuri mulai tahun 1979
Ø Bapak Anshori, BA mulai tahun 1985
Ø Bapak Drs. Ahmad Najib mulai tahun 1992
Ø Bapak Ahmad Rodhi, S.Pd.I. mulai tahun 2001 s/d 2012
Ø  Bapak Drs.A. Qolik mulai 1 Janiari 2013 s/d 27 Agustus 2016
Ø Bapak Muhtarom, S.Pd.I mulai 1 Sepetember s/d sekarang



                                                            Penulis  : Ahmad Rodhi, S.Pd.I.